traveller docter

traveller docter

Who am I??

last I was a general practitioner in Borneo, working at a timber company in the middle of the forest that are still green, here I see so many people who still need the reach of the hands of a doctor, the doctor who is ready to serve to those in need. Now I study for a mental health medicine, cause health is about mind.. body.. and soul.

Senin, 28 Maret 2011

NEFROLITIASIS PADA PASIEN TETRAPARESE

STUDI KASUS

NEFROLITIASIS PADA PASIEN TETRAPARESE


Oleh : dr.Glorio Immanuel

2010

ABSTRAK

Nefrolitiasis adalah batu didalam ginjal. Sindrome Guillain barre adalah kerusakan pada radiks ventralis (dan dorsalis) yang reversible. Tetraparese adalah kelumpuhan tidak total UMN akibat lesi di medulla spinalis dimana terdapat lesi sesisi/ hemilesi. Kalium adalah ion yang dominan berada di dalam sel.

Kata kunci : Nefrolitiasis, Sindrome Guillain Barre, Tetraparese, Kalium.

PENDAHULUAN

Nefroliatiasis adalah terdapatnya batu di dalam ginjal, batu ginjal, jenis batu : kalsium, asam urat, struvite, batu sistin. Batu kalsium paling sering terdapat pada laki-laki dan setiap 2-3 tahun akan terbentuk batu yang baru. Di foto rontgen batu ini tampak terang dengan dasar gelap. Batu asam urat juga biasanya terdapat pada laki-laki dan di foto rontgen akan tampak radiolucent. Batu Struvite potensial menjadi berbahaya dan biasanya diderita oleh perempuan. Di foto rontgen memberikan gambaran “staghorn” yang radioopak. Keluhan utama biasanya nyeri pinggang mulai perlahan-lahan menjalar ke lateral perut, lipat paha dan testis/labia, kolik ginjal sampai ke paha, hematuri, mual muntah, stranguri, demam tanpa infeksi. Pemeriksaan jasmani CVA +. Laboratorium terdapat hematuri, leukosuri, Kristal. Pemeriksaan khusus Pielografi intravena (IVP), Ultrasonografi, CT Scan.

Sindrom Guillain Barre atau Poliradikulopatia adalah kerusakan pada radiks ventralis (dan dorsalis) yang reversible. Kerusakan ini merupakan perwujudan reaksi imunopatologik. Manifestasi klinis biasanya sebelum kelumpuhan timbul terdapat anamnesa yang khas yaitu infeksi traktus respiratorius atas, kelumpuhan timbul pada keempat anggota gerak, di mulai distal tungkai dan kemudian bagian proksimal, lalu kelumpuhan meluas ke bagian tubuh atas terutama otot-otot kedua lengan. Pada bagian permulaan, gangguan miksi dan defekasi dapat juga menjadi ciri penyakit tersebut. Kelainan pada LCS adalah meningkatnya kadar protein tanpa pleiositosis.

Tetraparese adalah kelumpuhan tidak total UMN akibat lesi di medulla spinalis dimana terdapat lesi sesisi/ hemilesi. Manifestasi klinisnya adalah lumpuh, hipertoni, hiper reflex dan klonus, serta reflek patologis

Kalium adalah ion yang dominan berada di dalam sel dengan nilai normal berkisar antara 3,5 – 4,5 mEq/L. Kekurangan kalium atau biasa disebut Hipokalemi dapat menyebabkan perasaan lemah, otot menjadi lemas, gangguan irama jantung bahkan henti jantung dalam keadaan berat.

LAPORAN KASUS

22 Febuari 2010

Seorang pasien laki-laki, 36 thn datang dengan keluhan tidak bisa menggerakkan kedua tangan dan kakinya sejak 6 jam yang lalu, keluhan tambahan nyeri pada perut kiri atas sampai dengan tungkai kiri atas nyeri bila di gerakan disertai mual dan muntah.

Riwayat penyakit dahulu pasien sering mengalami nyeri dan lemah di kedua tungkai disertai mual dan muntah

Pemeriksaan Jasmani :

KU : tampak sakit sedang

Tanda Vital : TD 130/90 mmHg, Nd 88 x/mnt, RR 28 x/menit, S 38oC

Jantung dbn, Paru-paru dbn, Abdomen dbn, Hepar dan Lien tidak teraba membesar, CVA -/+, Neurologis Tenaga otot 333/333

222/222

LABORATORIUM

Darah : Leukosit 16.200 (3.500-10.000), Trombosit 652.000 (150.000-390.000)

WD/ Tetraparese, Guillain Barre Synd

Terapi/ Levofloxacin, Piracetam 800, Methyl prednisolon, Lecitin

2 April 2010

Pasien datang kembali dengan keluhan tidak bisa menggerakan kedua kaki dan tangannya (terasa baal/ kesemutan), keluhan tambahan BAK tersendat/ sulit.

KU : tampak sakit sedang

Tanda Vital : TD 130/90 mmHg, Nd 84 x/mnt, RR 28 x/menit, S 37oC

Jantung dbn, Paru-paru dbn, Abdomen dbn, Hepar dan Lien tidak teraba membesar, CVA -/+,

Neurologis Tenaga otot 333/333

222/222

Laboratorium

SGOT 48,62, SGPT 37,29, Gamma GT 5,17, Creatinin 1,807 (0,6-1,1), S.typhi O 1/100 S.typhi Co 1/200

Urine : Proein +2, Leuko 12-20, Ery 20-22, Epitel +1

WD/ Tetraparese, Hepatitis Akut, Typhoid, Infeksi Saluran Kemih

Th/ Tenoksikam, Piracetam 800, Lanzoprazole, Metochlopramide

24 April 2010

Pasien datang kembali dengan keluhan nyeri dan lemah kedua tangan dan kaki, keluhan tambahan pusing, sulit BAK dan beberapa hari yang lalu bercampur warna merah.

KU : tampak sakit berat

Tanda Vital : TD 120/100 mmHg, Nd 96 x/mnt, RR 28 x/menit, S 37oC

Jantung dbn, Paru-paru dbn, Abdomen dbn, Hepar dan Lien tidak teraba membesar, CVA -/+, Neurologis Tenaga otot 222-222

222-222

Laboratorium

Leuko 8900,Trombo 27300, Creatinin 3, 433 (0,6-1,1),

Urine : Protein + lemah, Leuko 1-2, Ery 4-5, Epitel +

26 April 2010

Radiologi BNO : gambaran radioopak di ren sinistra 2x1 cm dan 1x1 cm

29 April 2010

ElectroMyoGraphy-Evoked Potential

Kesan : Polineuropati, kemungkinan paralisis periodic normokalemi

WD/ Nefrolitiasis Sinistra, Normokalemi periodic paralisis

Th/ Potasium, Multivitamin

Ketoprofren, Peluruh batu saluran kemih (Heksamine, Na.Salisilat, Asam Benzoat)

30 Mei 2011

Keluar batu warna coklat, keras, permukaan halus, ukuran 2x1 cm

Keluhan nyeri dan lemah kedua tangan dan kaki menghilang.

5 Oktober 2010

Keluhan otot paha kiri terkadang terasa lemah dan nyeri.

Radiologi BNO gambaran radioopak di Vesika Urinaria ukuran 2x1 cm, 0,5x0,5 cm dan 1x1 cm.

DISKUSI

Anamnesa yang baik yang terdiri dari keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit yang dulu dapat mengarahkan pada diagnose dari Nefrolitiasisbatu ginjal. Keluarnya batu dari saluran kemih memastikan diagnose tersebut.

Foto Polos Abdomen/ BNO dapat membantu menegakan diagnosis adanya batu ginjal tetapi apabila batu tersebut terdiri dari batu kalsium atau batu struvite, sedangkan apabila batu tersebut terdiri dari batu asam urat maka pemeriksaan penunjang yang terbaik adalah CT Scan. Pada pasien ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan Pielografi Intravena tetapi karena keterbatasan biaya, alat dan tenaga ahli maka hal ini tidak dilakukan.

Kelumpuhan/ rasa lemah pada tungkai bawah pasien ini sesuai dengan gejala yang ditimbulkan oleh Nefrolitiasis, pada pasien tersebut juga didapatkan keluhan mual muntah, nyeri tungki bawah, demam dan pemeriksaan ketok CVA -/+.

Kelumpuhan pada otot-otot tungkai atas dan tungkai/ tetra parese pada pasien ini sangat mendekati dignosa banding Sindrome Guillain Barre tetapi harus dilakukan pemeriksaan LCS untuk memastikannya.

Kelumpuhan pada pasien ini juga bisa disebabkan oleh kondisi hipokalemi tetapi juga harus diakukan pemeriksaan kadar elektrolitnya.

3 bulan setelah menjalani terapi dan keluhan berkurang masih ditemukan batu di vesika urinaria, hal ini bisa menggambarkan adanya pembentukan batu yang baru, tetapi karena berdasarkan teori biasanya batu yang baru terbentuk setelah 2-3 tahun, maka kemungkinan adalah batu dari ginjal yang sudah bergeser ke vesika urinaria. Untuk memastikan jumlah batu sebaiknya pasien dirujuk ke Rumah Sakit dengan Instalasi Radiologi lebih lengkap disertai Dokter Ahli Radiologi untuk dilakukan pemeriksaan Pielografi Intravena.

Penggunaan obat-obatan peluruh batu saluran kemih pada pasien ini kurang bisa dibuktikan khasiatnya karena masih terdapat batu di vesika urinaria yang didug berasal dari batu ginjal yangbergeser.

KESIMPULAN dan SARAN

Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap pasien tersebut untuk dilakukan pemeriksaan Pielografi Intravena (foto rontgen dengan menyuntikan zat warna sehingga ginjal dan salurannya terlihat jelas), berikutnya dilakukan pemeriksaan LCS dan kadar elektrolit untuk memastikan dignosa bandingnya, hal ini juga diperlukan Karena keluhan pasien dan pada pemeriksaan awal di dapatkan kelemahan otot tungkai atas dimana hal ini tidak sesuai dengan gejala yang disebabkan oleh Nefrolitiasis.

.

REFERENSI

  1. McGraw-Hill, Harrison’s Internal Medicine edisi 15.
  2. A.Halim Mubin, Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam, EGC 2008.
  3. Sjahriar Rasad, Radiologi Diagnostik, Jakarta 2009.
  4. Mahar Mardjono, Neurologi Klinis Dasar, Jakarta 2000.
  5. Gde Mangku, Ilmu Anestesia dan Reanimasi, Jakarta 2010.




Tidak ada komentar: